Papeda adalah makanan pokok saudara-saudara kita di Papua dan Maluku. Papeda dibuat dari tepung sagu, Dan tepung sagu ini biasanya dibuat oleh penduduk di pedalaman.
Papeda ini sangat nikmat bila dimakan bersama kuah kuning, yakni sayur ikan yang kuahnya kuning. Sayur kuah kuningnya itu, ada rasa asam campur pedas. Hmmm, nikmat sekali, apalagi bila dimakan saat panas atau hangat.
Anda mungkin pernah mendengar makanan ini, tapi pernahkah anda membayangkan bagaimana bentuknya ? Bagi anda yang belum tahu, mungkin anda bisa membayangkan ‘kanji’. Tahu kan tepung kanji yang dikasih air panas ? Kira-kira gimana bentuknya ? Seperti ‘Lem’ bukan ? Kalau ‘lem’ itu anda makan gimana rasanya ? heheh. Aneh pasti ya ?
Papeda ini sangat nikmat bila dimakan bersama kuah kuning, yakni sayur ikan yang kuahnya kuning. Sayur kuah kuningnya itu, ada rasa asam campur pedas. Hmmm, nikmat sekali, apalagi bila dimakan saat panas atau hangat.
Anda mungkin pernah mendengar makanan ini, tapi pernahkah anda membayangkan bagaimana bentuknya ? Bagi anda yang belum tahu, mungkin anda bisa membayangkan ‘kanji’. Tahu kan tepung kanji yang dikasih air panas ? Kira-kira gimana bentuknya ? Seperti ‘Lem’ bukan ? Kalau ‘lem’ itu anda makan gimana rasanya ? heheh. Aneh pasti ya ?
Tepung
sagu yang dipilih utuk membuat papeda harus yang baik, karna dapat
menentukan kualitas papeda itu sendiri. Tapi bukan tepung sagu yang
dijual di super market. Setahu saya, kualitas papeda yang saya makan
berasal dari tepung sagu berwarna putih bersih yang agak basah dan
padat, artinya tidak sehalus tepung sagu yang dijual di supermarket.
Tepung sagu yang saya kenal itu ditempatkan dalam satu wadah yang juga
terbuat dari daun sagu, yang dinamakan ‘tumang’.
Cara
membuat papeda walau kelihatannya mudah, tetapi tidak sembarang orang
bisa melakukannya. Kalau sampai salah menakar, papeda yang dihasilkan
terlalu cair. Biasanya tepung sagu dicairkan terlebih dahulu dengan air
secukupnya (kadang dikasih gula dan garam juga). Setelah itu, gunakan
air panas (mendidih) untuk dilarutkan ke tepung sagu yang sudah
dicairkan tersebut. Pada saat air panas dituangkan, perlahan-lahan
diaduk sehingga sagu matang secara merata.
Setelah
hidangan pelengkap lain telah tersedia, papeda juga siap untuk
disantap. Nah cara mengambil papeda dari tempatnya untuk dipindahkan ke
piring tentu saja memerlukan cara tersendiri. Tidak bisa menggunakan
sendok, seperti mengambil kuah dari wadahnya. Biasanya papeda
‘digulung’ berulang-ulang dengan dua belah ’sumpit’ bambu hingga
terpisah dari gumpalan papeda utama untuk dipindahkan ke piring makan.
Setelah dirasa cukup, papeda di piring ditambahkan dengan kuah ikan
kuning secukupnya, ikan kuning itu sendiri atau ikan bakar yang ada.
Papeda sendiri tidak memilki rasa, oleh karena itu sangat ditentukan
dengan kelezatan Kuah ikan kuning. Inilah kunci dari hindangan papeda
sesungguhnya.
Nah
bagian paling seru adalah cara menyantapnya. Banyak orang yang tidak
biasa, mungkin berpikir untuk menggunakan sendok seperti biasanya.
Memang tidak ada yang malarang, namun penduduk asli Maluku atau Papua
tidak akan menggunakan cara tersebut. Papeda yang sudah dicampur dengan
kuah ikan kuning akan “disedot” perlahan-lahan dari ujung (pinggir)
piring, sambil meminum kuah ikan kuning. Aneh ya ? Tapi itu cara mereka
menyantapnya.
O
yaa, papeda jangan dijadikan makanan utama atau tunggal kecuali bagi
mereka yang sudah terbiasa, apalagi untuk mempertahankan rasa kenyang.
Karena selang beberapa jam kemudian anda akan merasa lapar kembali.
Setelah menyantap papeda secukupnya, anda boleh beralih ke jenis makanan
lain untuk melengkapi kebutuhan perut anda.
1 komentar:
wahh kelihatannya sangat enak nih untuk disantap huhu
Paket Wisata Dieng
Posting Komentar